Lama tidak menulis tentangmu. Semua inspirasi seperti hilang begitu saja mengikuti kepergianmu. Hujan selalu membawa kenangan tentangmu kembali, tapi tidak membawamu kembali. Mungkin karena itu aku sulit menulis tentangmu di kala hujan turun. Seperti tidak ada lagi yang bisa diceritakan. Padahal, kamu terus tidak ada habisnya.
Kala ini, aku ingin menyapamu. Hai. Apa kabar? Cukup lama kita tidak berbincang. Ups, aku lupa. Sudah tidak ada 'kita' lagi ya. Maaf. Dan maaf untuk ini. Mungkin seharusnya tulisan ini tidak tercipta. Tapi, kala ini juga aku merasa merindukannmu. Apalagi saat sudah tidak bersamamu lagi aku menikmati hujan. Aku sangat merindukanmu.
Selasa, 30 Oktober 2012
Hujan Kala Ini
Rabu, 24 Oktober 2012
Bukan Menunggumu
Bukannya aku menunggu yang tak pasti. Bagiku, menunggumu adalah hal yang pasti. Iya, pasti. Karena kamu pasti tidak akan kembali dan aku juga tidak ingin kamu kembali setelah cerita kita bukan tentang kita lagi. Saat bukan lagi tentangmu, percayalah aku bukan menunggumu, tapi dia.
"Dia seperti apa yang selalu kunantikan, kuinginkan. Dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna" :)
Sabtu, 20 Oktober 2012
Mungkin Masih Kamu
Rasanya aku ingin ingatan tentangmu terus muncul di hari-hariku. Tidak. Itu tidak menggangguku. Aku senang. Karena lewat ingatan itu aku merasa kamu masih disini. Selalu disini. Di sisiku. Bersamaku. Rasanya kamu tidak pernah pergi. Tidak akan pernah pergi. Seperti kita masih menikmati hujan bersama. Seperti masih untukku semua perhatianmu itu. Seperti aku dan kamu masih saling memiliki. Dan yang paling penting, kamu masih selalu jadi inspirasiku setiap kali aku mengingatmu. Sesederhana itu saja aku merindukanmu. Tapi, tidak ada yang sederhana jika membicarakan susahnya memendam rindu. Tidak sesederhana tulisan ini tercipta karena ingatan tentangmu.
Rabu, 17 Oktober 2012
Kali Ini tentang Kamu
Sore ini aku menangis. Bukan tentang dia atau mereka. Tapi, tentang kamu. Bukan. Ini bukan salahmu. Ini salahku. Betapa aku sangat tidak peka.
Tentang seberapa kamu berarti buat aku yang selalu tidak berhasil terucap. Tentang bagaimana aku tidak bisa mengerti apa yang kamu rasakan. Tentang aku yang mencoba tidak ingin mengorek cerita pribadimu lebih dalam. Tentang aku yang sepertinya tidak mengerti balas budi.
Maaf.
Jumat, 12 Oktober 2012
Sedih Itu...
Sedih itu sesederhana saat aku ingin berbagi keluh kesah, kamu nggak ada. Saat aku ingin membagi kebahagiaan, kamu juga nggak ada. Kamu nggak ada. Kamu pergi. Kamu tidak pernah menungguku kembali kepadamu untuk bercerita tentang apa yang kurasakan dan kualami akhir-akhir ini. Seperti ayah yang selalu menunggu cerita dari anak perempuannya ini. Ya karena kamu bukan ayahku. Bukan pacarku. Bukan orang yang mau dispesialkan. Bukan siapa-siapaku.
Mungkin aku yang terlalu ingin menjadikanmu spesial. Menjadikanmu yang pertama tau tentang apapun yang aku rasakan, apapun yang terjadi padaku. Sedih itu sesederhana tidak menemukanmu untuk berbagi rasa.
Aku Pernah
Pagi ini aku teringat, aku pernah. Aku pernah memiliki dan dimiliki. Aku pernah menyayangi dan disayangi. Aku pernah mencintai dan dicintai.
We had a chance to make it over like Secondhand Serenade said. And we used the chance.
Bercerita tentang masa lalu, sulit sekarang. Bukannya lupa, cuma buat apa. Aku tidak akan lupa. Aku juga tidak akan lupa yang satu ini. Aku pernah menyakiti dan disakiti. Maaf. Sekian.
Rabu, 03 Oktober 2012
Mungkin Nggak?
Kamu itu emang nggak bisa dibeli pakai uang. Tapi, kalau aku ngasih perhatian terus ke kamu, mungkin nggak suatu saat kamu bakal perhatian ke aku? Bukannya pamrih ya, cuma masak iya sih nggak mungkin. Batu aja lama kelamaan ditetesi air bisa bolong.
Sesuatu yang baik kalau dilakukan berulang-ulang bisa jadi kebiasaan. Kalau kamu biasa menerima perhatianku, mungkin nggak suatu saat kamu bakal kangen perhatianku? Kangen aku?