Senin, 24 Februari 2014

Aku Merindumu

Aku tidak tau lagi harus bagaimana mengatakan rindu padanya. Akhirnya aku mencoba bercerita pada langit mendung sore ini. Aku bilang bahwa aku sedang merindukannya. Aku tidak mengerti apakah rasa rindu itu akan sampai padanya atau tidak. Aku hanya bercerita. Itu sedikit melegakan daripada memendamnya sendiri. Setelah aku bercerita, langit mendungnya berubah sedikit lebih cerah. Mungkin dia berusaha menghiburku yang cemberut terus memikirkannya. Karena detik demi detik terasa begitu membosankan saat aku sendirian. Dan saat sendiri itu, pikiranku tak hentinya mengeja namanya. Juga aku tak berhenti berusaha membunuh rasa rindu yang semua percuma adanya.

Jika nanti hujan turun di manapun kamu sedang berada, itu cara langit menyampaikan rinduku padamu, sayang.

Senin, 10 Februari 2014

Kata Hati

Semua rasa ini pasti hanya sementara dan hanya aku saja yang merasa. Semua pencitraan darimu ya hanya sebatas pencitraan. Jadi sebaiknya aku jangan terlalu lama bahagia. Jangan terlalu bahagia menikmatinya. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Aku saja yang melebih-lebihkan. Akan ada saatnya semua kesenangan ini mulai berkurang lalu berakhir begitu saja.

Setidaknya itulah yang selalu dikatakan hatiku waktu itu.

Sabtu, 08 Februari 2014

Tentang Bersyukur

Kamu masih merasa hidupmu yang paling sengsara? Kamu masih merasa Tuhan sangat nggak adil ke kamu karena kamu mendapat nilai di bawah targetmu? Kamu masih merasa Tuhan jahat karena tidak secepat yang kamu mau mengabulkan apa yang kamu minta? Kamu pernah lihat mereka yang ada di bawahmu? Kamu pernah bergaul atau bertukar cerita dengan mereka yang lebih kekurangan dari pada kamu?

Aku mau cerita. Ini tentang tadi siang. Aku ke suatu panti bersama teman-teman lamaku. Tempatnya sangat jauh dan lumayan tersembunyi. Entah memang orang sekitarnya nggak peduli atau memang tempatnya terlalu tersembunyi, warga sekitar saja juga nggak tau kalau ditanya di mana panti itu. Setelah beberapa minggu berusaha mengumpulkan bantuan dan mempersiapkan ini itu, siang tadi kami akhirnya menginjakkan kaki dan bertemu anak-anak di sana. Pertama kali hal yang terlintas di pikiran saat tiba di sana dan melihat gedungnya... "ini serius mereka tinggal di sini?". Aku cuma bisa menatap Oyek dan Adiiw dengan tatapan yang entah mau bagaimana mengartikannya. Kami masuk ke dalam dan menemukan anak-anak panti sudah membentuk lingkaran besar di bawah sinar matahari pagi menjelang siang yang sudah lumayan panas. Setelah memberi salam ke guru-guru mereka, kami mendekat dan bergabung ke lingkaran besar itu. Tau apa yang mereka lakukan? Satu persatu mereka mendekati kami dan berkenalan. Kamu tau? Mereka nggak sesempurna kita. Mereka punya kekurangan yang berbeda-beda.

Ada Agus yang punya kekurangan mental dengan susah payah berusaha berbicara dengan jelas siapa namanya. Dia aktif sekali. Dia bersemangat sekali mengikuti kegiatan tadi. Ada Bayu yang manis (menurutku). Dia selalu membandingkan tinggi badannya dengan teman-temanku. Dia agak susah diajak mengobrol banyak. Ada Andi dan aku lupa siapa namanya itu (maaf ya aku lupa). Mereka yang mau-mau saja berpura-pura terhipnotis oleh Indri. Ada Ika. Dia duduk di kursi roda. Saat acara hampir selesai, aku lihat dia bersusah payah merangkak turun dari kursi rodanya (karena tidak bisa berjalan). Dia bilang dia mau bergabung bernyanyi bersama. Ada Azam. Dia juga cuma bisa duduk di kursi roda. Dia agak susah diajak ngobrol dan susah juga melihat kami dengan normal. Aku nggak sempat berkenalan dengan seorang cewek tuna netra yang suaranya bagus sekali dan temannya yang pintar memainkan keyboard. Dan masih banyak lagi. Mereka mengikuti rangkaian acara dengan semangat walau agak kesusahan karena kekurangan mereka.

Mereka punya mimpi. Ketika ditanya besok kalau besar mau jadi apa, banyak dari mereka menjawab ingin jadi dokter. Hei... mereka pemimpi hebat.

"Kak.. keep smile", kata mereka sambil tersenyum. Lihat mereka... dilahirkan dengan kekurangan dan tinggal di tempat yang minim fasilitas. Mereka malah mengajari kita untuk tetap tersenyum. Entah mereka mendapat kekuatan dari mana. Kalau kamu bilang Tuhan tidak adil, coba bandingkan dengan hidup mereka. Kurang adil apa? Kamu kurang bahagia apa? Tubuh lengkap, bisa lanjut kuliah, bisa nongki sana sini dengan teman, bisa menikmati fasilitas yang lumayan lengkap dari ortu...
Kalau kamu bilang Tuhan jahat, lalu mereka yang lebih kekurangan akan merutuk Tuhan seperti apa? Kamu tau, salah satu keinginan mereka itu bisa hidup normal atau setidaknya dianggap normal. Bisa bergaul dengan cara yang normal dengan orang yang normal seperti kita.

Dari situ aku banyak belajar. Semua masalah tergantung dari mana kamu melihatnya dan apakah kamu pandai mencari celah untuk bersyukur. Masalah itu dihadirkan bukannya tanpa solusi. Bukan ingin menggurui atau menyalahkan caramu memandang Tuhan, tapi coba lah mulai bersyukur kalau sampai sekarang setidaknya kamu masih punya banyak kelebihan yang bisa disyukuri dibanding mereka. Tuhan Maha Adil. Selamat malam!

Minggu, 02 Februari 2014

Aku Rapopo

Rasanya menyenangkan bukan kalau mempunyai seseorang yang siap mendengar apapun yang kamu alami seharian. Bahagiamu, sedihmu, lelahmu...

Sore ini, setelah sekian lama berusaha menjalani semuanya  tanpa mengeluh di sana sini, aku mengakui kali ini aku lelah. Entah sudah ke berapa kalinya aku merasa begini. Sedih yang tidak beralasan. Dan yang aku butuhkan hanyalah duduk berdua bersama seseorang yang siap mendengar apapun yang akan aku ceritakan, apapun yang aku keluhkan. Syukur kalau dia bisa mengurai dan menemukan titik permasalahan yang membuatku lelah dan bisa memberi tau apa yang harus aku lakukan agar aku kembali bahagia menjalani agenda di hari esok. Sayangnya aku tidak punya seseorang itu.

Kadang kamu hanya butuh didengarkan. Kadang kamu hanya butuh mengeluarkan semua yang mengganjal di pikiran tanpa harus kamu tau jawaban atau solusi dari semua itu. Dan di saat aku belum tau bisa 'pulang' ke mana, hanya blog lah yang jadi tempat tujuan utama.