Surat kedua ini, masih tentang kamu.
Dan mungkin beberapa surat lagi akan masih tentang kamu. Semoga kamu tidak terganggu, juga tidak pernah meminta aku berhenti menulis tentangmu. Bahkan kamu tidak pernah mau menyempatkan untuk membacanya, untuk apa memintaku berhenti menulis.
Kali ini tentang kekhawatiranku. Setiap aku mulai merapikan kenangan yang tersisa dan mulai mencoba berpindah, aku selalu kembali memikirkanmu.
Bagaimana kamu ketika tidak ada yang memperhatikan?
Bagaimana kamu ketika tidak ada yang mengingatkan tentang hal kecil yang sering kamu lupakan?
Bagaimana ketika nanti kamu sakit?
Bagaimana ketika kamu nanti butuh teman cerita?
Aku tau kamu bisa melakukan semuanya sendiri, tapi kadang kamu butuh bantuan dan dengan gengsinya tetap melakukan semua hal sendirian. Aku terus kepikiran hal-hal tadi sampai bahagia barumu datang. Sekarang aku lebih tenang untuk kembali mencoba secepatnya berpindah. Sudah ada dia yang akan menjagamu lebih baik daripada aku, juga dia yang akan membawamu menjadi pribadi yang lebih baik.
Hei tampan, aku mohon untuk yang satu ini tolong dijaga dengan baik. Jangan sia-siakan dia yang merelakan hatinya untuk mencintai kamu. Ini pengakuan, perihal mencintai kamu itu tidak pernah sesederhana jatuh cinta padamu di awalnya. Karena jatuh cinta adalah kejadian, sedangkan mencintai adalah keputusan.
-AP