Jumat, 28 Agustus 2015

Aku Pernah

Aku ingin mengoreksi satu hal. Selama ini aku menulis bukan untukmu. Bukan juga untuk siapa pun yang mau meluangkan waktunya untuk membaca hal-hal tidak penting dalam blog ini. Aku menulis untuk diriku sendiri. Untuk mengabadikan rasa yang sementara, untuk membingkai cerita yang indah apa adanya, untuk mengingat bahwa aku pernah.
"Semua hal di dunia ini hanya sementara dan untuk itu 'pernah' diciptakan."
Bahwa aku.....
Pernah mengambil resiko untuk jatuh cinta.
Pernah jatuh cinta sejatuh itu, sampai susah bangkit pada akhirnya.
Pernah merasakan bahagia, sampai-sampai momen itu terbingkai cantik di memori.
Pernah memercayaimu dengan pasti, yakin dengan setiap kata yang dilisankan.
Pernah merasakan kecewa yang terlalu, lalu menghasilkan tulisan sendu.
Pernah berpikir aku tidak bisa berhenti mencintaimu.

Selasa, 11 Agustus 2015

Dua Puluh Satu

Hei. Apa kabar, kamu? Lama sudah tidak mendengar kabarmu.

Apa yang kamu harapkan dari ulang tahun ke 21?

Rencana-rencana besar apa yang tahun ini dan tahun-tahun berikutnya akan kamu wujudkan?

Apapun rencanamu ke depan, ketahuilah sebagai teman mendukungmu aku selalu, mendoakanmu aku tak pernah putus. Sekali pun untuk ide mu yang terlihat paling konyol, sebenarnya kamu tidak pernah begitu konyol. Ide-ide gilamu, rencana-rencana besarmu, aku percaya suatu saat kamu pasti benar-benar bisa mewujudkannya. Pasti.

Ternyata kamu banyak berubah. Entah itu baik atau buruk, aku tidak bisa menilai, karena baik dan buruk itu relatif. Aku selalu berdoa supaya kamu menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun ke tahun.

Dan ternyata tahun ini sudah bukan aku lagi dalam ceritamu. Walau bukan aku lagi tempatmu pulang dan berbagi keluh kesah, tak apa. Tolong jaga dia, terutama hatinya yang mencintai kamu apa adanya dan sebanyak yang kamu tau (juga yang belum kamu tau). Cintai dan sayangi dia sama besarnya seperti yang dia berikan. Jangan sampai penyesalan datang belakangan, aku tidak mau mendengar penyesalan karena kesalahanmu sendiri. Siapapun yang bersama mu bagiku tak masalah. Hal yang terpenting adalah kamu bahagia. Bahagia dengan segala keputusanmu, juga pilihanmu.

Hei, you turn into 21 now.
Belajarlah untuk bertanggung jawab akan semua keputusan dan pilihan yang sudah kamu ambil.
Belajarlah untuk tidak sembarang bercanda. Karena kepercayaan itu seperti kertas, sekali orang tidak memercayaimu, selamanya mereka akan begitu.
Belajarlah untuk percaya dengan kemampuan dirimu sendiri. Kamu punya banyak potensi sebenarnya, jangan disepelekan.
Belajarlah untuk mengambil kesempatan yang bisa diambil. Kesempatan-kesempatan itu tidak selalu datang 2 kali. Bisa jadi itu kesempatan baik menuju rencana besarmu.
Belajarlah menghargai apapun yang diberikan orang lain untukmu.
Belajarlah tidak sembarangan bicara. Kata-kata yang keluar sudah tidak bisa ditarik lagi. Dan ucapanmu bisa saja saat memengaruhi seseorang. Hati-hati.

Terimakasih atas semua pelajaran yang aku dapat dari mengenalmu. Sudah sedewasa ini, berubahlah. Jangan lagi-lagi menyakiti hati wanita. Tidak lagi-lagi ada aku untuk mengingatkanmu, kurang beruntung apa lagi kamu saat ini dicintai hati yang seperti malaikat?

Maafkan karena surat ini jadi sangat panjang. Maafkan karena surat ini tidak aku tujukan secara pribadi, aku tidak punya nyali. Aku cuma berani berkata di sini. Maafkan karena surat ini sangat terlambat. Aku tau sudah lama terlewat, tapi di tanggal ini tim kesayanganmu juga tambah umur (kalau aku tidak salah ingat), dan itu berarti kamu juga merayakannya.

Sekali lagi maafkan, ini (mungkin) surat terakhir. Jangan mencari-cari lagi. Ini saja aku sudah susah payah menulisnya. Aku sudah susah menulis untukmu. Maafkan juga kalau surat ini berantakan. Benar katamu, aku tidak pintar berkata-kata.

Selamat ulang tahun.

-AP