Senin, 22 Mei 2017

Mei: Tentang Jarak dan Rasa

Kita kembali berjarak. Kali ini lebih jauh, sekitar 1200 km, tapi kamu terasa lebih dekat.

Mungkin bagi orang-orang, jarak adalah sesuatu yang menyebalkan. Dia membuat mereka yang awalnya bisa memeluk kapan saja menjadi harus menahannya sampai bertemu lagi. Pada awalnya dia akan memberi sebongkah besar keyakinan, tapi dia juga yang membuat kita menghancurkannya dengan pikiran kita sendiri.

Dia memberikan insecurities. Dia memberi kesempatan yang besar untuk memikirkan apakah kita akan baik-baik saja dengan ini. Apalagi terhadapmu, sepertinya dia sering usil, membuatmu berpikir yang tidak -tidak.

Dia memberikan ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tidak perlu dicemaskan. Mungkin itu adalah senjatanya, untuk menghancurkan kepercayaan kita akan harapan-harapan yang ada. Benar katamu, kita cuma harus menang.

Tapi sebentar, dia juga memberi ruang yang besar untuk merindukan seseorang yang jauh. Ruang yang sangat besar. Sampai-sampai kita akan lelah menyusurinya ketika sudah waktunya bertemu nanti. Tapi tenang saja, denganmu aku mau tersesat menyusurinya, denganmu aku tidak akan lelah menyusuri ruang besar itu. Ruang besar milikku dan milikmu.

Kepadaku, dia menunjukkan seberapa besar kamu menyayangiku, seberapa besar aku berpengaruh di hidupmu, seberapa penting aku untukmu, seberapa sering kamu merindukanku. Jadi aku tak masalah berteman dengannya, bahkan aku mulai akrab dengannya.

Karena rasa bukan tentang jarak. Tapi tentang (si)apa yang ingin dipertahankan bagaimana pun keadaannya dan seberapa jauh pun jaraknya. Dan bagiku itu adalah kamu.