Aku tidak suka wajah yang seperti itu. Murung, senyumnya hilang entah kemana. Mungkin aku tidak bisa mengerti seberapa besar badai di pikiranmu, yang aku tau pasti badai itu bisa membuatmu tidak makan juga tidak bersemangat seharian. Aku tidak suka. Berani-beraninya dia mengambil senyum yang paling favoritku.
Aku tau aku tidak punya kekuatan super. Kekuatan super yang bisa mengusir badai di pikiranmu itu lalu mengembalikan senyummu. Ah iya, andai saja aku punya mungkin akan lebih mudah setiap kali badai itu berani datang lagi dan lagi.
Aku tidak suka wajah murung itu. Tapi aku hanya diam, lalu memelukmu seerat-eratnya. Berharap dengan begitu badai itu perlahan akan hilang, lalu diganti dengan langit cerah. Iya mungkin aku tidak akan pernah mengerti apa yang mengusikmu, kamu juga tidak mau membaginya. Iya aku mengerti. Tapi ijinkan aku tetap begini, oke? Karena hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku ingin kamu selalu ingat, kamu tidak pernah sendiri. Seberapa besar badai di pikiranmu, atau seberapa berat beban hidupmu yang sedang kamu hadapi, aku mengerti kalau kamu memang tidak mau membaginya denganku. Tapi ijinkan aku tetap di sini.
Aku sangat tidak suka wajah murung itu. Jadi secepatnya kembali ya, tampan.