Hal yang paling merepotkan kala hujan adalah menghalau kamu untuk masuk ke pikiranku. Memang tidak hanya kala hujan kamu mencoba masuk ke pikiranku. Tetapi, kala hujan, seakan akan kamu beserta ribuan bahkan jutaan kamu memaksa masuk ke pikiranku yang sudah penuh akan kamu. Kamu seakan mencoba mengikis benteng kokoh yang aku buat untukmu di hatiku. Kamu seakan tidak rela untuk dilupakan. Kamu seakan belum mau membiarkan aku hidup benar-benar tanpa kamu. Aih seenak hati.
Aku di sini bersusah payah melupakanmu, sementara kamu terus-terusan ada di pikiranku. Bagaimana bisa?
Aku mungkin memang harus berterimakasih padamu. Karena, di kala hujan seenggaknya kamu bisa menjadi bahan tulisanku. Tapi, mau sampai kapan?
Kalau suatu saat aku benar-benar sudah bisa melupakanmu, lalu apa yang akan aku tulis? Mau sampai kapan bahan tulisanku bergantung pada rasaku untukmu? Mau sampai kapan? Pertanyaan yang dari dulu timbul tetapi tidak pernah ada jawaban pasti. Cih
Selain kamu yang masih enggan pergi dari pikiranku, sejatinya aku juga tidak berupaya keras melupakanmu. Mungkin karena itu kamu selalu hidup dalam pikiranku.
"Aku ingin melupakanmu tanpa usaha, seperti aku jatuh cinta padamu"- Salsa.