Hujan datang nggak pernah sendiri. Dia datang keroyokan bersama rindu dan kenangan. Aku juga nggak ngerti kenapa hujan identik dengan galau, rindu, dan sendu. Yang aku tau, saat hujan memang semuanya jadi melankolis dan dramatis.
Rindu jadi berkali-kali lipat rasanya. Kenangan bukan lagi datang satu-satu, dia dateng barengan seperti air bah. Dan semua itu nggak jauh dari kamu. Maksudku nggak jauh-jauh dari pikiran tentang kamu.
Siapa sih yang aku rindu? Kamu. Kenangan tentang siapa sih yang dibawa hujan? Kamu.
Kamu lagi kamu lagi. Aku juga nggak ngerti kenapa hujan identik dengan kamu. Bukannya menyenangkan kalau kita terjebak hujan berdua lagi. Kita yang sebenarnya memang nggak mau pisah menjadikan hujan alasan untuk tetap duduk berdua dan bercerita tentang apapun. Aaaaaa hujan memang ajaib. Setidaknya begitu kata temanku :)
Selasa, 29 Oktober 2013
Hujan Identik dengan Kamu
Kamis, 24 Oktober 2013
Tentang Pertemuan yang Diharapkan
"Ada rindu yang bukan ingin bertemu, namun sekedar ingin diingat. Melekat seperti bekas kopi yang pekat, meninggalkan jejak di gelas, walau sudah dicuci berkali-kali."- kamu.
Iya, merindumu dan mengatakan rindu itu mudah. Menyatukan waktu untuk bertemu itu susah.
Walau suatu saat akan ada pertemuan yang mengakhiri kerinduan, entah kenapa aku rasa pertemuan itu masih lama. Lalu merindumu pun menjadi hobiku.
Senin, 07 Oktober 2013
Itu Kamu
Itu bukan yang pertama. Ketika aku dan kamu duduk sangat dekat dan membicarakan apa saja. Ketika aku menatap matamu dan kamu tidak berpaling. Ketika aku masih memperhatikan caramu berbicara tanpa kamu sadari. Ketika aku mengalah demi membiarkan argumenmu yang menang. Ketika tidak ada lagi yang perlu dirahasiakan dalam ceritamu. Dan ketika aku memikirkanmu. Semua bukan pertama kali dan hanya sekali. Semua terjadi berulang-ulang. Rasa nyaman itu ada dan terus ada. Sampai aku berfikir, nyaman itu berada dekat denganmu. Nyamanku itu kamu.