Selasa, 21 Oktober 2014

Tidak Pernah Bosan

Ada yang tidak pernah bosan aku pandangi.

Matahari terbit di pagi hari.
Langit cerah dengan awan-awan yang menawan.
Lautan luas di sepanjang mata memandang.
Pemandangan dari ketinggian.
Bintang gemintang yang tumpah ruah di langit malam.
Matahari terbenam di sore hari.

Dan mata coklat terangmu.

Selasa, 07 Oktober 2014

Jatuh Cinta Lagi

Aku jatuh cinta lagi, dengan kamu. Di setiap genggaman rindu, di setiap kecup manis, di setiap pelukan sayang.
Aku jatuh cinta lagi, dengan kamu yang kembali sadar ada aku di sedikit bagian cerita hidupmu. Kamu kembali bercerita tentang ini dan itu. Mulai dari yang penting sampai sangat penting.
Aku jatuh cinta lagi, dengan kamu yang kembali melakukan hal-hal manis. Tidak terlalu sering, tapi cukup.
Aku jatuh cinta lagi, dengan kamu yang sedang dikagumi banyak orang. Membuatku takut, ditinggalkan untuk penggemarmu yang lebih segalanya daripada aku.
Aku jatuh cinta lagi, masih sama seperti dulu. Aku tidak berani mengatakannya. Aku hanya bisa menikmati rasa ini.

Aku jatuh cinta lagi, pada orang yang sama.
Dan lupa lagi untuk memberi sebagian hati saja agar tidak hancur semua saat ditinggalkan.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Jangan Lupa Pulang

Ikutilah ke mana kakimu melangkah.
Karena ini hidupmu dan ini pejalananmu.
Menerima tantangan, mendekati bahaya.

Sejauh apa pun kamu berjalan, ingatlah di setiap langkahmu ada yang menunggumu pulang.

Jangan lupa pulang. Karena tidak setiap perjalananmu aku bisa menemani, tapi setiap waktu aku menunggumu pulang.

Jangan lupa pulang dan temui aku. Ceritakan perjalananmu sambil memeluk aku. Aku sudah menunggu untuk mendengar kisah perjalananmu.

Bahkan ketika kamu pulang dan keadaan sudah berubah, aku tetap di sini bersedia mendengarkan keluh kesahmu, bersedia jadi tempatmu menyandarkan lelah.

Senin, 07 Juli 2014

Dua Puluh

Teruntuk kamu yang genap dua puluh tahun.

Jangan lupa berterima kasih pada mereka yang menyayangimu dan mendoakanmu sampai sekarang.
Apa yang dulu kamu bayangkan saat mendengar angka ini? Dulu kamu pernah takut akan menginjak umur ini. Sekarang kamu sudah genap dua puluh tahun.

Kata orang ini angka penting. Di mana benar benar harus menjadi dewasa. Di mana semakin banyak tanggung jawab yang harus ditanggung. Di mana semua nampak semakin serius. Di mana hal-hal yang dilakukan sekarang sangat berdampak pada kehidupan di umur-umur yang akan datang. Kamu harus bersiap.

Kamu mulai mengenal hobi baru, semakin suka mendekati bahaya dan mengambil resiko. Selalu hati-hati. Jangan pernah lupa pulang.

Setelah melewati masa yang sulit beberapa tahun terakhir, Tidak pernah takut kan menjadi dewasa?

Genap dua puluh. Apa hal-hal yang dulu kamu targetkan akan tercapai di umur ini sudah tercapai?

Genap dua puluh semoga semakin bijaksana, semakin bisa mengendalikan emosi, semakin tau mana yang harus diprioritaskan, semakin menjadi lelaki yang baik, dan masih banyak doa lagi untukmu.

Aku belum lama ada di ceritamu, menemani kamu dengan segala kesibukanmu, mendengar keluh kesahmu, dan selalu jadi tempatmu pulang.

Tidak banyak yang bisa dituliskan, sayang. Ini bukan ucapan dari Raisa atau Taylor Swift seperti yang kamu mau. Ini cuma dari aku.
Selamat ulang tahun!

-AP

Jumat, 13 Juni 2014

Papa Ulang Tahun

Hanya beberapa menit, hanya beberapa rupiah pulsa, hanya beberapa patah kata yang bisa disampaikan.

Hari ini papa tercinta ulang tahun. Dari pagi mau nelfon kok nggak jadi jadi. Akhirnya baru nelfon sore hari.

Percakapan singkat. Sedikit doa, harapan, dan ucapan selamat disampaikan.

Papa bertambah umur, bertambah tua. Semoga sehat selalu. Semoga rejeki lancar.

SELAMAT ULANG TAHUN :)

Jumat, 06 Juni 2014

Pengakuan yang Lain

Aku sudah memenjarakan bayangmu dalam tatapku dan melekatkanmu di hati tanpa izinmu. Membiarkan sebuah rasa tumbuh melebihi batas kagum, menembus batas sayang, mencapai batas cinta.
Diiringi rintik gerimis manis di sore itu, genggaman tanganmu membuat rasa di hati meluap tidak tertahankan. Tatapanmu penuh cinta. Semesta memberi kesempatan kepadaku untuk tidak hanya mengagumimu dan mencintaimu dalam diam. Semua rasa tersampaikan dan lebih baik dari itu, semua rasa itu berbalas.
Warna-warni hidup kembali mengisi lembar-lembar kosong selanjutnya. Ceritanya penuh cinta, harapan, dan doa. Bukan hanya aku di dalam cerita itu, kini juga ada kamu.

Kamis, 05 Juni 2014

Pengejar Matahari

Sunset dan sunrise selalu indah setiap hari. Tapi entah kenapa sekarang mereka terasa lebih indah. Mungkin karena keindahannya dibagi, tidak hanya dinikmati sendiri.
Ini tentang partner 'mengejar matahari'. Dia yang lebih menyukai sunrise daripada sunset tapi juga nggak pernah keberatan diajak mengejar sunset. Walau rencana untuk menikmati sunset nggak hanya dari teras rumah hanya berakhir wacana. Tapi dia nggak pernah ingkar janji.
Dan ini sedikit tentang dia dan harapan lewat kutipan ini "Someday you will find the one who will watch every sunrise
with you until the sunset of your life".
Kapan kita kemana?

Rabu, 04 Juni 2014

Ini Bahagiaku

"hei ayo! Kamu harus lihat ke luar. Udah mulai jingga"
Lalu kamu keluar dari tenda, berteriak-teriak kagum dengan pemandangan indah di depan mata. Sunset yang selama ini kita kejar dan selalu tertutup awan. Sekarang aku bisa membayar utangku. Ini sunset yang kamu impikan dan aku berhasil membuatmu mengagumi keindahannya dari ketinggian sekitar 3000 mdpl.
Aku keluar menyusulmu yang masih mengagumi keindahan senja. Ini bahagiaku, melihatmu bahagia. Kamu masih bersemangat foto sana foto sini. Mengabadikan moment indah ini. Hanya ada aku dan kamu, belum ada rombongan lain yang sampai.
"Sini duduk. Udah mau selesai tuh", kataku.
Aku mendekapmu sambil menikmati sisa-sisa semburat jingga sore ini.
"Makasih banyaak ya. Keren banget sunsetnya", katamu masih dengan senyum lebar dan mata yang berbinar-binar menghiasi muka mungilmu.
"iyaa. Kamu suka?"
"suka banget! Aku sayang kamu", jawabmu lalu iseng mencubit pipiku.
Semburat jingga mulai hilang, digantikan kehadiran bintang-bintang yang mulai terlihat. Langit mulai gelap, malam mulai datang.

Ini bahagiaku, melihatmu bahagia.

Minggu, 06 April 2014

Terlalu Cepat

Kamu pergi terlalu cepat.
Kamu menetap terlalu sebentar.
Di saat yang kosong mulai terisi. Di saat yang berantakan mulai rapi. Di saat yang dingin mulai hangat. Di saat yang sepi mulai ramai. Di saat yang sedih mulai bahagia. Di saat cinta sudah bukan di batas kagum.
Kamu berhasil membuatku berani jatuh cinta lagi. Mengajarkan bahwa rasa itu hadir bersama resiko selain bersamamu dan harapan. Tapi kamu tidak mengajarkan bahwa aku harus siap melepasmu secepat ini.
Tiba-tiba yang mulai kuat kembali rapuh. Yang mulai tersenyum kembali murung. Yang mulai bercerita kembali diam. Menatap langkahmu dengan harapan yang tidak pergi bersamamu. Tidak mampu mengutarakan dan memintamu untuk tetap tinggal.
Tiba-tiba semua jadi tidak bisa diungkapkan.
Mungkin ini akibat lupa bahwa yang memutuskan untuk menetap, juga pasti akan pergi dan kita tidak pernah tau kapan dia akan pergi.

Kamis, 27 Maret 2014

Sedikit tentang Kita

Tanpa kamu, sepinya malam seperti memeluk erat. Enggan pergi. Lalu memohon pada fajar untuk tidak segera datang agar lebih lama kurasa sepi sampai akhirnya entah kapan bertemu denganmu lagi. Semakin dirasakan, semakin erat ia memeluk bersama rindu.

Bersamamu, sepinya malam hanya bisa menatap iri pada kita. Lalu memohon dengan sedikit merajuk pada fajar agar cepat datang. Agar tidak perlu lebih lama dia menatap kita yang berbagi cerita sepanjang malam seperti tidak pernah kehabisan topik.

Aku dan kamu, sebut saja kita adalah dua orang yang sedang jatuh cinta. Yang selalu mempunyai cara dan pilihan mau mengakhiri hari seperti apa dan memulainya seperti apa lagi. Yang saling bertukar cerita, mengenal dunia satu sama lain. Yang bersedia saling jatuh cinta berulang kali.

Ini bukan hanya tentang saling memiliki, menyayangi, dan mencintai. Ini juga tentang saling membutuhkan. Dan aku memahaminya setelah bersamamu.

Senin, 24 Februari 2014

Aku Merindumu

Aku tidak tau lagi harus bagaimana mengatakan rindu padanya. Akhirnya aku mencoba bercerita pada langit mendung sore ini. Aku bilang bahwa aku sedang merindukannya. Aku tidak mengerti apakah rasa rindu itu akan sampai padanya atau tidak. Aku hanya bercerita. Itu sedikit melegakan daripada memendamnya sendiri. Setelah aku bercerita, langit mendungnya berubah sedikit lebih cerah. Mungkin dia berusaha menghiburku yang cemberut terus memikirkannya. Karena detik demi detik terasa begitu membosankan saat aku sendirian. Dan saat sendiri itu, pikiranku tak hentinya mengeja namanya. Juga aku tak berhenti berusaha membunuh rasa rindu yang semua percuma adanya.

Jika nanti hujan turun di manapun kamu sedang berada, itu cara langit menyampaikan rinduku padamu, sayang.

Senin, 10 Februari 2014

Kata Hati

Semua rasa ini pasti hanya sementara dan hanya aku saja yang merasa. Semua pencitraan darimu ya hanya sebatas pencitraan. Jadi sebaiknya aku jangan terlalu lama bahagia. Jangan terlalu bahagia menikmatinya. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Aku saja yang melebih-lebihkan. Akan ada saatnya semua kesenangan ini mulai berkurang lalu berakhir begitu saja.

Setidaknya itulah yang selalu dikatakan hatiku waktu itu.

Sabtu, 08 Februari 2014

Tentang Bersyukur

Kamu masih merasa hidupmu yang paling sengsara? Kamu masih merasa Tuhan sangat nggak adil ke kamu karena kamu mendapat nilai di bawah targetmu? Kamu masih merasa Tuhan jahat karena tidak secepat yang kamu mau mengabulkan apa yang kamu minta? Kamu pernah lihat mereka yang ada di bawahmu? Kamu pernah bergaul atau bertukar cerita dengan mereka yang lebih kekurangan dari pada kamu?

Aku mau cerita. Ini tentang tadi siang. Aku ke suatu panti bersama teman-teman lamaku. Tempatnya sangat jauh dan lumayan tersembunyi. Entah memang orang sekitarnya nggak peduli atau memang tempatnya terlalu tersembunyi, warga sekitar saja juga nggak tau kalau ditanya di mana panti itu. Setelah beberapa minggu berusaha mengumpulkan bantuan dan mempersiapkan ini itu, siang tadi kami akhirnya menginjakkan kaki dan bertemu anak-anak di sana. Pertama kali hal yang terlintas di pikiran saat tiba di sana dan melihat gedungnya... "ini serius mereka tinggal di sini?". Aku cuma bisa menatap Oyek dan Adiiw dengan tatapan yang entah mau bagaimana mengartikannya. Kami masuk ke dalam dan menemukan anak-anak panti sudah membentuk lingkaran besar di bawah sinar matahari pagi menjelang siang yang sudah lumayan panas. Setelah memberi salam ke guru-guru mereka, kami mendekat dan bergabung ke lingkaran besar itu. Tau apa yang mereka lakukan? Satu persatu mereka mendekati kami dan berkenalan. Kamu tau? Mereka nggak sesempurna kita. Mereka punya kekurangan yang berbeda-beda.

Ada Agus yang punya kekurangan mental dengan susah payah berusaha berbicara dengan jelas siapa namanya. Dia aktif sekali. Dia bersemangat sekali mengikuti kegiatan tadi. Ada Bayu yang manis (menurutku). Dia selalu membandingkan tinggi badannya dengan teman-temanku. Dia agak susah diajak mengobrol banyak. Ada Andi dan aku lupa siapa namanya itu (maaf ya aku lupa). Mereka yang mau-mau saja berpura-pura terhipnotis oleh Indri. Ada Ika. Dia duduk di kursi roda. Saat acara hampir selesai, aku lihat dia bersusah payah merangkak turun dari kursi rodanya (karena tidak bisa berjalan). Dia bilang dia mau bergabung bernyanyi bersama. Ada Azam. Dia juga cuma bisa duduk di kursi roda. Dia agak susah diajak ngobrol dan susah juga melihat kami dengan normal. Aku nggak sempat berkenalan dengan seorang cewek tuna netra yang suaranya bagus sekali dan temannya yang pintar memainkan keyboard. Dan masih banyak lagi. Mereka mengikuti rangkaian acara dengan semangat walau agak kesusahan karena kekurangan mereka.

Mereka punya mimpi. Ketika ditanya besok kalau besar mau jadi apa, banyak dari mereka menjawab ingin jadi dokter. Hei... mereka pemimpi hebat.

"Kak.. keep smile", kata mereka sambil tersenyum. Lihat mereka... dilahirkan dengan kekurangan dan tinggal di tempat yang minim fasilitas. Mereka malah mengajari kita untuk tetap tersenyum. Entah mereka mendapat kekuatan dari mana. Kalau kamu bilang Tuhan tidak adil, coba bandingkan dengan hidup mereka. Kurang adil apa? Kamu kurang bahagia apa? Tubuh lengkap, bisa lanjut kuliah, bisa nongki sana sini dengan teman, bisa menikmati fasilitas yang lumayan lengkap dari ortu...
Kalau kamu bilang Tuhan jahat, lalu mereka yang lebih kekurangan akan merutuk Tuhan seperti apa? Kamu tau, salah satu keinginan mereka itu bisa hidup normal atau setidaknya dianggap normal. Bisa bergaul dengan cara yang normal dengan orang yang normal seperti kita.

Dari situ aku banyak belajar. Semua masalah tergantung dari mana kamu melihatnya dan apakah kamu pandai mencari celah untuk bersyukur. Masalah itu dihadirkan bukannya tanpa solusi. Bukan ingin menggurui atau menyalahkan caramu memandang Tuhan, tapi coba lah mulai bersyukur kalau sampai sekarang setidaknya kamu masih punya banyak kelebihan yang bisa disyukuri dibanding mereka. Tuhan Maha Adil. Selamat malam!

Minggu, 02 Februari 2014

Aku Rapopo

Rasanya menyenangkan bukan kalau mempunyai seseorang yang siap mendengar apapun yang kamu alami seharian. Bahagiamu, sedihmu, lelahmu...

Sore ini, setelah sekian lama berusaha menjalani semuanya  tanpa mengeluh di sana sini, aku mengakui kali ini aku lelah. Entah sudah ke berapa kalinya aku merasa begini. Sedih yang tidak beralasan. Dan yang aku butuhkan hanyalah duduk berdua bersama seseorang yang siap mendengar apapun yang akan aku ceritakan, apapun yang aku keluhkan. Syukur kalau dia bisa mengurai dan menemukan titik permasalahan yang membuatku lelah dan bisa memberi tau apa yang harus aku lakukan agar aku kembali bahagia menjalani agenda di hari esok. Sayangnya aku tidak punya seseorang itu.

Kadang kamu hanya butuh didengarkan. Kadang kamu hanya butuh mengeluarkan semua yang mengganjal di pikiran tanpa harus kamu tau jawaban atau solusi dari semua itu. Dan di saat aku belum tau bisa 'pulang' ke mana, hanya blog lah yang jadi tempat tujuan utama.

Jumat, 31 Januari 2014

Jangan Tanyakan

Ketika suatu saat nanti aku menjauh, jangan tanyakan aku kenapa. Saat itu aku pasti sedang tidak baik-baik saja. Yang bisa kamu lakukan hanyalah tunggu saja sampai aku yang memulai untuk menghubungimu walau itu akan menjadi hal yang akan sangat aku hindari saat itu. Aku tidak mau bilang apa alasan aku mulai menjauh. Karena saat itu aku pun tidak tau pasti kenapa aku harus menjauh seperti itu. Mungkin yang aku tau, aku sedang tidak mau bertemu denganmu. Tidak ada alasan lain yang menyakitkan sampai aku harus pergi. Semoga begitu adanya.
Tapi dari sekian kata yang aku tulis tentang "Suatu saat nanti jika aku menjauh...", ketahuilah aku tidak pernah mau ini benar-benar terjadi. Cukup sekali ini saja aku berpikir seperti itu. Cukup untuk postingan ini saja.

Jumat, 24 Januari 2014

Aku Pulang

Liburanku kali ini bukan tanpa kamu. Kamu ada, tapi berbeda kota denganku. Kamu tetap di sana. Di suatu kota di mana aku selalu menyebutnya tempat pulang. Di sisa perjalanan pulang ini, bersamaan dengan laju kereta api yang membawaku semakin dekat dengan rumah, aku sadar ternyata aku bisa juga merindukan kota itu yang ada kamu di dalamnya. Entah aku merindukan rumah atau kamu. Ah atau mungkin aku juga sudah menganggapmu tempat pulangku. Di mana aku bisa bercerita, berkeluh kesah, berbagi tawa tanpa adanya batas. Kalau memang ini benar adanya, apa kamu keberatan jika aku selalu kembali padamu?
"I remember things better with you. I look at you and I'm home"

Jumat, 03 Januari 2014

Bersamamu itu Bahagia

Tidak banyak yang bisa aku ungkapkan tentang kamu. Rasanya setiap detil kecil hal yang kamu lakukan atau aku lakukan bersamamu adalah bahagia.
Bahagia seperti saat kita membicarakan hal yang hanya kita yang tau di depan orang lain. Mereka tidak mengerti, hanya kita yang mengerti.
Bahagia seperti kita saling mengingatkan akan kebiasaan yang mungkin waktu itu terlupa. Kamu mengingat kebiasaanku dan aku juga begitu. Aku tidak berencana mengingat setiap detil hal yang kamu suka lakukan. Tapi otak tau mana yang harus disimpan di memori.
Bahagia seperti aku sangat menunggu bertemu denganmu dan aku akan bertingkah seolah-olah pertemuan itu tidak disengaja. Kita bertemu dan mengobrol tentang apa saja. Kadang hanya membahas hal kecil yang tidak berbobot tentang kejadian yang aku atau kamu alami sebelumnya.
Bahagia seperti kita sama-sama tidak ingin beranjak pergi dan mengakhiri obrolan kita. Kita sering memakai hujan sebagai alasan untuk tetap tinggal dan pastinya banyak alasan lain yang dibuat-buat, kadang malah tidak masuk akal. Lucu.

Banyak bahagia lain yang tidak bisa disebutkan semua di sini. Singkat cerita, bersamamu itu bahagia untuk sekarang. Entah besok atau besok dan besoknya :)