Selasa, 17 November 2015

Semua Sudah Tertinggal

Ini saatnya aku mencari rumah baru.

Kamu di situ saja. Menetap pada yang sudah pasti. Menetap pada yang kamu yakini bisa membahagiakanmu. Menetap pada yang sudah sama; sama-sama sayang, sama-sama yakin, sama-sama tidak ingin meninggalkan. Bukan seperti dulu ketika yang satu mencoba mempertahankan, tetapi yang dipertahankan terus mencoba pergi.

Kamu di situ saja. Jangan lagi berada di jalanku. Tidak mudah meninggalkan zona nyaman ini. Untuk melangkah saja aku pernah dikurung beribu cemas. Tolong mengertilah.

Kamu di situ saja. Sangat banyak kenangan yang ada. Untukku, tidak semudah kamu melupakannya. Mengertilah. Hanya sesekali aku mengingatnya dengan sangat. Bukan berarti aku merindukanmu selalu. Karena kamu di ingatanku bukan kamu yang sekarang.

Kamu di situ saja. Seperti aku yang mengembalikan mu menjadi teman baik, lakukanlah yang sama. Jangan sering-sering menanyakan apakah aku sudah mendapat yang lebih baik. Suatu saat aku akan beritahu kalau memang sudah ada. Jangan sering-sering juga menanyakan apakah aku sudah melupakan kamu. Aku tidak akan menjawab. Aku baik-baik saja tanpa kamu. Percayalah. Terus doakan saja hal-hal yang baik untukku, seperti yang pernah kamu bilang waktu itu. Itu sudah lebih dari cukup.

Temanmu ini sudah bisa merelakan sekarang. Banyak hal yang memang hanya sementara. Aku mengerti.
Tenang saja, aku selalu mendoakanmu hal-hal yang baik, juga tentangnya, tanpa mengingat yang buruk-buruk darimu.
Semua sudah tertinggal, di masa lalu.

Sabtu, 19 September 2015

Perjalanan Pulang

Aku mengenalmu sebagai kamu.
Aku memulai perjalanan setelah mengenal kamu.
Dan di setiap perjalanan aku selalu teringat kamu.
Aku selalu sengaja membawa sesuatu yang mengingatkanku akan kamu.
Barang-barang yang mungkin menggantikan kehadiranmu secara fisik selama aku berjalan sendiri.
Dan ingatan tentangmu semakin mengganggu ketika aku mulai menuju rumah.
Entah rumah apa yang aku maksud.
Karena aku kehilangan makna rumah dan pulang semenjak kamu dan aku (yang mau tak mau) memilih pergi.

Sabtu, 05 September 2015

Kamu Ada

Di setiap obrolan, terselip keinginan, mimpi, pandangan, juga penilaian terhadap apapun.
Mengoreksi yang sekiranya salah dan mendukung sesuatu yang sudah benar.
Memberi solusi ketika perlu.
Mengajarkan bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Memberi tahu bahwa tinggal tersenyum dan semua berlalu.

Ada rasa yang menggebu di setiap masa.
Ada lega di setiap perjumpaan.
Ada tenang di sebuah tatapan.
Kamu ada.
Memeluk aku sambil mendengarkan cerita, berita, keluhan, perasaan.
Lalu tanpa ragu berkata rindu.
Aku pun begitu.

Di satu pagi di hari Sabtu.
Ada kamu di setiap lagu.

Jumat, 28 Agustus 2015

Aku Pernah

Aku ingin mengoreksi satu hal. Selama ini aku menulis bukan untukmu. Bukan juga untuk siapa pun yang mau meluangkan waktunya untuk membaca hal-hal tidak penting dalam blog ini. Aku menulis untuk diriku sendiri. Untuk mengabadikan rasa yang sementara, untuk membingkai cerita yang indah apa adanya, untuk mengingat bahwa aku pernah.
"Semua hal di dunia ini hanya sementara dan untuk itu 'pernah' diciptakan."
Bahwa aku.....
Pernah mengambil resiko untuk jatuh cinta.
Pernah jatuh cinta sejatuh itu, sampai susah bangkit pada akhirnya.
Pernah merasakan bahagia, sampai-sampai momen itu terbingkai cantik di memori.
Pernah memercayaimu dengan pasti, yakin dengan setiap kata yang dilisankan.
Pernah merasakan kecewa yang terlalu, lalu menghasilkan tulisan sendu.
Pernah berpikir aku tidak bisa berhenti mencintaimu.

Selasa, 11 Agustus 2015

Dua Puluh Satu

Hei. Apa kabar, kamu? Lama sudah tidak mendengar kabarmu.

Apa yang kamu harapkan dari ulang tahun ke 21?

Rencana-rencana besar apa yang tahun ini dan tahun-tahun berikutnya akan kamu wujudkan?

Apapun rencanamu ke depan, ketahuilah sebagai teman mendukungmu aku selalu, mendoakanmu aku tak pernah putus. Sekali pun untuk ide mu yang terlihat paling konyol, sebenarnya kamu tidak pernah begitu konyol. Ide-ide gilamu, rencana-rencana besarmu, aku percaya suatu saat kamu pasti benar-benar bisa mewujudkannya. Pasti.

Ternyata kamu banyak berubah. Entah itu baik atau buruk, aku tidak bisa menilai, karena baik dan buruk itu relatif. Aku selalu berdoa supaya kamu menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun ke tahun.

Dan ternyata tahun ini sudah bukan aku lagi dalam ceritamu. Walau bukan aku lagi tempatmu pulang dan berbagi keluh kesah, tak apa. Tolong jaga dia, terutama hatinya yang mencintai kamu apa adanya dan sebanyak yang kamu tau (juga yang belum kamu tau). Cintai dan sayangi dia sama besarnya seperti yang dia berikan. Jangan sampai penyesalan datang belakangan, aku tidak mau mendengar penyesalan karena kesalahanmu sendiri. Siapapun yang bersama mu bagiku tak masalah. Hal yang terpenting adalah kamu bahagia. Bahagia dengan segala keputusanmu, juga pilihanmu.

Hei, you turn into 21 now.
Belajarlah untuk bertanggung jawab akan semua keputusan dan pilihan yang sudah kamu ambil.
Belajarlah untuk tidak sembarang bercanda. Karena kepercayaan itu seperti kertas, sekali orang tidak memercayaimu, selamanya mereka akan begitu.
Belajarlah untuk percaya dengan kemampuan dirimu sendiri. Kamu punya banyak potensi sebenarnya, jangan disepelekan.
Belajarlah untuk mengambil kesempatan yang bisa diambil. Kesempatan-kesempatan itu tidak selalu datang 2 kali. Bisa jadi itu kesempatan baik menuju rencana besarmu.
Belajarlah menghargai apapun yang diberikan orang lain untukmu.
Belajarlah tidak sembarangan bicara. Kata-kata yang keluar sudah tidak bisa ditarik lagi. Dan ucapanmu bisa saja saat memengaruhi seseorang. Hati-hati.

Terimakasih atas semua pelajaran yang aku dapat dari mengenalmu. Sudah sedewasa ini, berubahlah. Jangan lagi-lagi menyakiti hati wanita. Tidak lagi-lagi ada aku untuk mengingatkanmu, kurang beruntung apa lagi kamu saat ini dicintai hati yang seperti malaikat?

Maafkan karena surat ini jadi sangat panjang. Maafkan karena surat ini tidak aku tujukan secara pribadi, aku tidak punya nyali. Aku cuma berani berkata di sini. Maafkan karena surat ini sangat terlambat. Aku tau sudah lama terlewat, tapi di tanggal ini tim kesayanganmu juga tambah umur (kalau aku tidak salah ingat), dan itu berarti kamu juga merayakannya.

Sekali lagi maafkan, ini (mungkin) surat terakhir. Jangan mencari-cari lagi. Ini saja aku sudah susah payah menulisnya. Aku sudah susah menulis untukmu. Maafkan juga kalau surat ini berantakan. Benar katamu, aku tidak pintar berkata-kata.

Selamat ulang tahun.

-AP

Selasa, 26 Mei 2015

Belum Cukup Baik

Aku menerima burukmu dengan baik, tetapi belum cukup baik aku bagimu. Seberapa jauh aku sudah mengenal burukmu dan aku sama sekali tidak pergi. Coba beritahu aku, burukmu mana yang belum aku tau? Apa semua itu mengurangi peduliku terhadapmu?

Sini mendekat, aku beritahu. Indahmu tidak melebihi burukmu, tetapi tetap indah kamu di mataku. Bukan karena aku buta dan menutup mata dari semua burukmu, tetapi penerimaanku terhadapmu membuatku tidak melulu terpaku pada burukmu. Kamu indah begitu adanya.

Jumat, 08 Mei 2015

Palung Matamu

Damai itu bisa menatap matamu sedekat ini. Dalam jarak sedekat ini, rasanya kekagumanku terhadap coklat terangmu semakin bertambah. Penjarakan aku dalam matamu. Sungguh berlama-lama tenggelam di dalamnya aku tak mengapa.

Tapi sesaat kemudian aku kehabisan kata-kata. Isi otakku sekejap tersedot juga ke dalamnya palung matamu. Di mana aku tidak menemukan apapun lagi selain kenyataan bahwa binar bahagiamu kali ini berasal dari bahagia baru yang aku tidak mau tau itu apa atau siapa.

Baru kali ini aku tidak betah menatapnya lama-lama.

Selasa, 07 April 2015

Dua Puluh (Untukku)

Tahun ini, alhamdulillah masih bisa menulis postingan ini yang berarti masih diberi umur oleh Tuhan yang Maha Asik.
Tahun ini, tidak ada voice message di pagi hari yang bikin terharu. Mungkin lupa. Atau teman-teman mungkin ingat, hanya saja nggak ngeh hari ini tanggal 7.
Tahun ini, biasa saja. Seperti yang lalu-lalu, semua biasa saja. Bahkan mama cuma sms dan papa lupa. Biasa saja.
Tahun ini, yang ke-20. Semakin tua, semakin sadar. Aku bukan siapa-siapa tanpa mereka, orang-orang yang aku sayangi.

Untuk semua yang ingat, yang mengucapkan, juga mendoakan, terimakasih banyak. Semoga doa baik kembali ke kalian juga. Maaf mengecawakan beberapa orang di hari ini. Semoga lebih bisa berbenah diri setelah membaca koreksi dari kalian.

Untuk yang aku sayang dan juga aku rindukan; orang tua, adek, teman-teman lama. Terimakasih segala ucapan dan doa yang diucapkan dari jauh. Aku bisa bersedih karena merindukan kalian dengan sangat malam ini.

Resolusi umur baru, mungkin harus benar-benar diniati. Sudah bukan lagi waktunya main-main.

Terimakasih yaAllah, atas kesempatan yang masih diberikan hingga hari ini.

Senin, 30 Maret 2015

Pelarian

Seringkali menulis menjadi pelarianku untuk hal-hal yang tidak dapat dikatakan. Seperti bagaimana aku mengingatnya sebelum lelapku, memaksanya hadir ke mimpiku, lalu bangun dengan patah hati. Seperti bagaimana aku merindukannya dengan sangat. Rindu yang tidak lagi mudah untuk diungkapkan. Rindu ini tidak lagi dapat diobati. Karena obat dari segala rindu ini adalah peluknya. Dan peluknya sudah milik yang lain.

Aku menulis karena ketika aku tidak lagi didengar, setidaknya aku bisa dibaca.

Senin, 23 Maret 2015

Jika Kamu Ingin Tau

Aku bisa mengobrolkan apa saja denganmu dan kamu akan menanggapi dengan caramu yang jarang serius itu. Dan kegiatan ini yang aku rindukan. Di mana mengobrol denganmu membuatku lega. Aku bisa menceritakan apapun dan aku bisa mendengar cerita apapun juga tentangmu. Kamu sering menceritakan impian-impian besarmu yang gila dan aku suka menyimaknya, menanggapi seperlunya, dan kita tertawa bersama setelah menyadari betapa konyolnya idemu itu.

Kita tidak sama, kita tidak juga saling melengkapi.
Tapi tetap mengobrol dan tertawa bersamamu adalah favoritku.
Dan untuk itu aku rela menghabiskan waktuku bahkan seharian.

Minggu, 01 Maret 2015

Awal Bulan yang Pekat

Pagi ini, aku bangun tidur dan merindukan seseorang. Rasanya tidak menyenangkan sama sekali. Dan yang aku bisa lakukan adalah tidur lagi. Ya dan bangun lagi masih dengan rindu yang pekat terasa.

Sebaiknya aku menggunakan sisa hari ini untuk menyenangkan hati.

Sabtu, 28 Februari 2015

Bukan Surat dari Raisa

Ini surat terakhir di 30 Hari Menulis Surat Cinta. Dan akhirnya aku putuskan untuk memberanikan diri memberi alamat yang jelas pada surat untukmu kali ini.

Surat ini untukmu, seseorang yang rambutnya sedang cantik-cantiknya.

Mungkin kamu tidak peduli, tapi aku tetap akan memberi tau. Ini adalah surat satu-satunya untukmu yang aku tujukan langsung padamu.

Aku patah hati di waktu yang tepat. Tepat dengan acara 30 Hari Menulis Surat Cinta ini, jadi aku bisa mencurahkan apa yang aku ada pikiran dan hati melalui surat-surat yang secara tidak langsung aku tujukan padamu. Aku juga bisa dengan lancarnya membuat sebuah surat hanya karena teringat satu dari sekian banyak kenangan yang ada, terutama yang menyakitkan.

Mungkin kamu tidak peduli, tapi aku cuma ingin kamu tau. Ada kamu dibalik sebagian besar dari 30 surat yang ada. Aku tidak perlu menunjukkan satu persatu yang mana. Kalau kamu sempat mungkin bisa membacanya sendiri. Tapi sepertinya bukannya tidak sempat, aku masih ingat kamu tidak suka membaca :)

Mungkin setelah surat ini akan sangat jarang ada lagi tulisan tentangmu. Kamu tidak akan merindukan tulisanku, ya aku tau. Aku ingat kamu pernah mengatakan bahwa tulisanku biasa saja dan aku artikan sendiri bahwa kamu tidak menyukai tulisanku. Kamu tau? Karena pernyataanmu itu aku pernah cukup lama berhenti menulis. Tapi, karena mu juga akhirnya aku mulai rutin menulis lagi.

Sebaiknya aku sudahi saja surat ini sebelum surat ini jadi semacam surat pengaduan yang panjang. Aku bukannya ingin memperlihatkan bahwa kamu jahat, bukan. Aku cuma ingin minta maaf sudah lancang menjadikan mata coklat terangmu itu sumber inspirasiku selama ini.

Ya aku tau ini harus disudahi. Cukup. Aku akan mencari sumber inspirasi yang lain.

Terimakasih ya, mas tampan.

nb: Lagi-lagi ini bukan surat dari Raisa atau Taylor Swift, cuma dari aku yang sedang iri dengan cantiknya rambutmu sekarang :)

Jumat, 27 Februari 2015

Selamat Ulang Tahun

Halo, Salsa temanku yang paling konyol.

Sudah lama tidak bertemu, mengobrol, dan tertawa bersamamu. Aku merindukanmu, Sal. Aku rindu guyonanmu yang kadang tidak masuk di akal. Aku rindu tanggapan konyolmu tentang orang-orang yang diam-diam kita amati dari tempat kita nongkrong sambil mengobrol santai. Aku rindu ketika bertemu denganmu untuk mendengar guyonanmu sekaligus menjadi pendingin kepala setelah beberapa jam berkutat dengan latihan soal UN di kelas hanya tinggal keluar kelas dan mendapatimu sedang ngemil di depan kelas sebelah. Kamu selalu menemukan cara agar teman-temanmu tertawa, Sal.

Oiya, selamat ulang tahun, Salsa. 20 tahun ya Sal? Bagaimana perasaanmu menginjak umur ini? Apa kamu grogi? Sebab kata orang-orang mulai umur 20 tahun semua yang kita lakukan sudah semakin serius. Katanya keputusan-keputusan yang kita ambil akan sangat berpengaruh ke depannya. Sebentar lagi aku juga 20 tahun, Sal. Dan aku grogi. Makanya aku bertanya.

Hari ini, di hari ulang tahunmu, aku tidak bisa memberi apapun selain surat ini dan doa-doa baik untukmu. Semoga sehat selalu, umurnya berkah, segala urusan lancar, tidak pernah keteteran membagi waktu antara kuliah dan event, dan selalu bahagia. Perihal jodoh, semoga dipertemukan orang yang tepat di waktu yang tepat, dia yang akan membahagiakanmu sedang menujumu dan kamu menujunya.Siapkan dirimu, pantaskan dirimu, Sal.                                        

Jadi, kapan kita bertemu?

Kamis, 26 Februari 2015

Dari Wanita yang Sedang Patah Hati

Kepada @putrideviURF

Aku menyukai salah satu suratmu yang berjudul "Kepada Wanita yang Sedang Patah Hati" (maaf belum bisa mencantumkan linknya dalam surat ini). Aku merasa surat itu memang ditujukan padaku. Aku menemukan suratmu saat aku sedang patah hati dan saat merasa tidak ada lagi yang mau mendengarkanku.

Aku punya cara sendiri untuk mengobati patah hati ini. Seperti apa yang kamu katakan di suratmu, masing-masing punya caranya sendiri mengahadapi patah hati. But, the others just don't get it. Semua menyalahkan, semua memarahi, lelah untuk mendukung, lelah untuk mendengarkan. Sampai di suatu saat aku merasa, terserah apa yang mereka katakan, karena ini treatment yang aku butuhkan.

Saat ini, aku sudah lebih bisa mengendalikan perasaanku terhadap kenangan masa lalu. Aku sudah di tahap sadar bahwa hidup ini memang harus berlanjut dengan atau tanpanya. Aku sudah di tahap sadar bahwa aku pantas untuk bahagia.

Terimakasih. Suratmu itu membuatku lebih bisa melangkah untuk mengembalikan kebahagianku yang sempat tertutup kesedihan beberapa waktu lalu. Ini bagian yang paling aku suka dari suratmu.....
"Bersabarlah dan terus melangkah karena di setiap gigil kala hujan pasti ada pelangi yang menghangatkan, karena disetiap sakit yg kita rasakan dalam kehidupan selalu ada pembelajaran, beranjaklah dan bercerminlah tatap wajahmu perlahan ukir senyuman termanismu."

Salam kenal, @anditapr

Rabu, 25 Februari 2015

Surat yang Tertunda

Saat kamu tidak tau apa yang bisa kamu katakan akan perasaanmu, kamu akan diam saja kan? Itu mungkin yang akan aku lakukan mulai hari ini dan entah sampai kapan. Semua tentang hal yang seharusnya tidak ada. Dari awal seharusnya tidak pernah ada.
Membicarakan tentang ada atau tidak ada, belum tentu yang tidak terlihat itu berarti tidak ada. Seperti "perasaan" bukan? Tidak terlihat. Tidak berwujud. Tetapi bukan berarti tidak ada. Bahkan tidak ada yang tau pasti dia ada atau tidak ada.

Surat yang tertunda, untukku sendiri.

Yogyakarta, Februari 2014

Selasa, 24 Februari 2015

Bukan Lagi Kamu

Tidak perlu banyak basa-basi ya. Ini untukmu setelah sekian lama.

Perihal melupakanmu memang tidak pernah mudah. Lebih mudah membolak-balik lembar-lembar kenangan daripada mencari kertas baru dan mulai menulis kenangan baru. Tapi seberat dan sesusah apapun, aku tau, ini sudah saatnya.

Aku tidak akan lagi sering pulang. Ada nyaman baru di luar sana yang menungguku untuk menemukannya atau dia yang menemukanku duluan.

Sesekali mungkin aku akan datang. Sekedar menanyakan kabar dan sedikit bertukar cerita. Lalu aku akan berjalan lagi, hingga menetap di nyaman yang baru.

Saat aku datang sesekali nanti, tolong jangan ijinkan aku singgah terlalu lama. Aku sering lupa waktu. Ini tugasmu untuk mengingatkanku, bahwa tempat pulangku bukan lagi kamu.

Dari aku, yang sedang merindukan tatap mata coklat terangmu.

Senin, 23 Februari 2015

Positif Negatif

Kepada penemu smartphone.

Aku bukan orang yang pintar dalam bidang sejarah. Penemu telefon pertama saja aku tidak ingat siapa namanya. Dari masa ke masa, penemuan itu berkembang. Dari telefon rumah, menjadi telefon genggam, dan menjadi smartphone seperti yang kebanyakan kita pegang saat ini.

Aku khususkan surat ini untuk penemu smartphone karena aku hidup di jaman hampir semua orang punya smartphone. Hai penemu smartphone, terimakasih. Terimakasih karena berkat anda semua pekerjaan menjadi mudah. Tugas, surat menyurat, komunikasi dengan orang lain yang sangat jauh sekali pun menjadi mudah dan sangat mungkin dengan adanya smartphone. Perihal membunuh waktu, smartphone juga juara. Orang orang bisa betah berkutat dengan layar smartphone bahkan seharian nonstop. Kenapa bisa? Karena banyak yang bisa dilakukan hanya dengan mengotak atik smartphone masing-masing. Sosmed, email, blogging, game, upgrading, dan masih banyak lagi.

Tapi, tanpa anda sadari sebelumnya, bahwa penemuan anda ini memang mendekatkan yang jauh, juga menjauhkan yang dekat. Awalnya aku tidak percaya pengaruh smartphone sebegitunya. Semakin ke sini, semakin banyak yang menggunakan smartphone dan memang begitu nyatanya. Berkumpul dengan teman-teman tidak lagi seasyik dulu. Ada saja satu, dua, atau bahkan semua memegang dan fokus pada hp masing-masing. Obrolan menjadi kurang berkualitas. Waktu temu yang tidak seberapa juga jadi habis percuma. Yang paling menyedihkan adalah semalam. Aku makan malam bersama keluarga, dan apa yang terjadi? Tidak ada komunikasi atau obrolan panjang lebar di meja makan. Aku sudah mengalah, mematikan hp dan menaruhnya jauh. Tapi, adikku tetap saja tidak menyadari momen langka ini. Satu makan malam bersama yang sangat jarang dihabiskan hanya untuk saling berdiam diri. Sedih. Miris. Thankyouverymuch.

Aku merasa dipermudah hidupnya dengan adanya smartphone. Tapi, kalau sebegitu buruk pengaruhnya, aku memilih kembali ke beberapa tahun lalu dimana handphone hanya bisa sms dan telefon.

Minggu, 22 Februari 2015

Terimakasih Tukang Pos

Untuk Kak Iko a.k.a @gembrit

Tak terasa 24 hari berlalu dalam acara #30HariMenulisSuratCinta ini. Dan selama 24 hari ini kamu sukarela menjadi tukang pos untuk surat-surat seadanya yang aku buat.

Entah kamu membacanya atau tidak, entah pula kamu membaca yang satu ini atau tidak. Surat ini ditujukan padamu.

6 hari lagi dan acara ini berakhir. 6 hari lagi aku akan ikut nangkring di tab mentionmu dan setelah itu tidak lagi. Maka dari itu, sebelum berakhir, aku ingin mengucapkan banyak terimakasih karena sudah menjadi tukang posku selama ini. Kamu berjasa mengantarkan pesan-pesan yang ada di surat-surat itu walau kebanyakan surat yang aku buat tanpa nama dan tidak jelas ditujukan pada siapa.

Aku tidak begitu mengenalmu. Jujur saja, aku baru jadi pengikutmu di linimasa saat aku tau kamu jadi tukang posku untuk tahun ini. Tapi, sama seperti apa yang ingin aku lakukan ke Bosse, kalau ada kesempatan aku ingin mengucapkan terimakasih padamu secara langsung.

Jika kamu membaca surat ini, aku ingin tau pendapatmu tentang surat ini juga tentang surat-surat sebelumnya yang aku buat selama 24 hari ini. Mungkin kamu bisa memberi tanggapan di kolom komentar? Hehehe maafkan aku banyak meminta.

Sekali lagi terimakasih, kak.

Dari @anditapr.

Sabtu, 21 Februari 2015

Seseorang yang Tepat

Untuk Gandes.

Ceritakan lebih banyak tentang hal-hal manis yang dilakukan Grey ke Ana dalam novel dan film yang sedang ingin kamu baca dan tonton itu. Aku bertaruh, pasti mukaku juga akan memerah saat mendengarkanmu lalu membayangkan itu juga dilakukan untukku oleh seseorang yang menyayangiku.

Tapi, kamu harus tau. Setelah patah hati yang menyadarkan aku bahwa bagaimanapun aku mempertahankan, perasaan itu tidak bisa dipaksa. Ketika dia memang tidak ingin bersamaku, ya itu keputusan yang dia ambil dan aku harus menerimanya. Setelah semua ini, yang aku mau hanyalah seseorang yang memang ingin bersamaku. Bukan hanya seseorang yang memberikan selusin bunga mawar hanya untuk membuatku lebih jatuh cinta padanya dan akan meninggalkanku dengan segala alasan keesokan harinya. Aku mau seseorang yang rela jatuh cinta padaku setiap harinya dan aku pun dapat jatuh cinta padanya tanpa takut patah hati, apalagi kehilangan. Aku mau seseorang yang memang membutuhkanku dan aku membutuhkannya.

Seseorang ini, yang entah kapan akan dipertemukan, yang akan mengobati segala patah hati yang pernah aku rasa. Seseorang ini, yang akan membuatku melupakan rasa takut akan jatuh cinta sepenuh hati. Seseorang ini, yang akan membuatku menjadi aku yang lebih baik ketika aku mengenalnya. Seseorang ini, seseorang yang tepat untukku.

Entah bagaimana semesta akan mempertemukan aku dengan orang yang aku cari dan tunggu-tunggu selama ini.
Dan entah bagaimana denganmu, mungkin sedikit banyak juga menginginkan seseorang yang seperti itu. Tapi bukan berarti besoknya kita akan berbagi lelaki ya, hehehe. Maafkan candaan ini.

Suatu saat nanti, dengan segala magisnya, semesta akan mempertemukan kita dengan seseorang yang kita mau dan kita butuhkan untuk hidup kita ke depannya.

Bukan sekadar menunggu saat itu datang yang dapat kita lakukan sekarang. Kita juga harus memantaskan diri untuk unpredictable someone who will complete our each life.

Salam sayang, Andita.

Kamis, 19 Februari 2015

Balasan Untuk Bosse

Hai Bosse, ini surat pertamaku untukmu, sekaligus untuk menjawab One Letter One Day.

Sebelumnya aku berterimakasih kamu sudah menyelenggarakan kegiatan semacam ini. Jujur aku mengikuti acara ini karena aku ingin mencoba konsisten menulis dan mengisi blog. Dan karena adanya acara ini, aku bisa mengungkapkan apa yang susah diungkapkan lewat lisan. Terimakasih.

Gathering nya tanggal 1 Maret di Bandung ya? Aku masih belum tau bisa datang atau tidak. Aku sangat ingin datang dan bisa bertemu langsung dengan orang-orang yang selama ini hanya aku kenal lewat surat mereka, lewat blog mereka, lewat dunia maya. Mungkin di sana aku bisa bertukar

cerita tentang apa yang saling menginspirasi kita sehingga bisa konsisten menulis selama 30 hari.

Tapi, aku baru saja liburan ke ujung Jawa. Duit tabungan menipis. Makanya itu entah bisa datang atau tidak ke gathering pos cinta. Coba nanti malam aku hitung-hitung dulu jumlah tabungan dan biaya yang harus aku keluarkan untuk perjalanan Jogja-Bandung PP. Semoga saja cukup dan aku bisa bertemu denganmu.

Kalau aku datang besok, aku harap bisa menyampaikan ucapan terimakasih ku secara langsung padamu.

Sampai bertemu ya, Bosse.

Salam kenal dari Jogja.
Andita

Rabu, 18 Februari 2015

Laut Tak Punya Rasa

Kepada laut.

Aku merindukanmu dan siang ini akhirnya aku bisa menemuimu. Ada yang mau aku ceritakan. Tentang aku dan semua kenangan tentangnya yang tidak ada habisnya.

Orang-orang di sekitarku sudah tidak mau lagi mendengarkan segala ocehan tentangnya. Kini aku datang menemuimu, bercerita seadanya dan berharap yang ingin aku lupakan juga melebur bersama ombakmu.

Debur ombakmu menggelitik, merayuku untuk berlama-lama mengagumimu. Menemuimu aku mendapat ketenangan. Aku juga merasa lebih dekat dengan Tuhanku. Karena setiap keindahan yang ada pada dirimu, membuatku menyebut namaNya berulang kali.

Hadiahi aku senja yang menawan sore ini ya.

Selasa, 17 Februari 2015

Untuk @zarryhendrik

Kepada sosok yang selalu aku rindukan di linimasa.

Aku hanyalah satu dari pengikut linimasamu dan surat ini terlalu sederhana untuk ditujukan padamu, maafkan. Lewat surat ini aku hanya ingin menyapamu dan sedikit bercerita.

Hai, bang Jep.

Aku mulai mengikutimu di linimasa setelah aku membaca bukumu, "Dear Zarry's". Aku menyukai bukumu. Aku menyukai kata-kata di linimasa mu.

Beberapa kali aku menyapamu melalui 'mention' dan walaupun tidak selalu menanggapi, tapi beberapa kali kamu pernah membalas dan aku sangat senang.

Kata-kata di linimasamu membuat aku jatuh cinta. Kicauanmu sesederhana apapun bisa membuat hariku begitu bersemangat, terimakasih.

Terus berkarya ya, bang. Semoga lancar peluncuran buku barunya. Aku sangat menunggunya. Suatu saat aku ingin datang dan melihatmu membacakan puisi-puisimu secara langsung, semoga saja aku ada kesempatan itu.

Tertanda, @anditapr.

Senin, 16 Februari 2015

Perjalanan Melupakan

Kepada kamu yang pernah jadi teman perjalananku.

Beritahu aku, ke mana aku bisa pergi dan sama sekali tidak mengenang yang telah lalu?

Ini pertama kali aku kembali melakukan perjalanan dengan kereta setelah waktu itu, terakhir, bersamamu. Jadi begini rasanya melakukan perjalanan untuk melupakan yang lalu tapi malah teringat sepanjang perjalanan. Kenangan tentang kamu memang sering kurang ajar. Memenuhi pikiran sampai sesak. 12 jam perjalanan ku entah berapa jam yang aku habiskan untuk mengikuti kemauan pikiran untuk kembali ke memori setahun yang lalu.

Setelah aku tersadar, ternyata waktu itu adalah momen yang menyenangkan ya. Bagaimana tidak, 7 jam bercanda tanpa henti. Kamu tau? Aku sangat lelah waktu itu, kamu memintaku untuk terus bercerita tentang apapun padahal aku sangat mengantuk.

Sayang sekali ya, kita salah mengambil langkah setelah perjalanan itu. Padahal berteman saja sudah semenyenangkan itu. Tidak kok, tidak sesalah itu. Maafkan pemilihan diksi ku tadi.

Eh tapi sekarang kita sudah kembali berteman kan ya.

Jadi kapan kita kemana?

Sabtu, 14 Februari 2015

Love You, Love.

Untuk seseorang yang pernah aku cintai dengan terlalu.

Bagiku ini bukan tanggal yang spesial. Hanya saja di hari ini tema suratnya tentang mengutarakan cinta. Ah kamu pasti tidak paham walau aku jelaskan berulang-ulang. Jadi terima saja, ini surat yang entah ke berapa untuk kamu. Surat yang aku harap tidak pernah dibaca olehmu atau bahagia barumu. Aku menulis ini hanya untuk mengikuti peraturan menulis surat cinta hari ini.

Hai. Bersama surat ini aku kirimkan rindu yang tidak ingin aku utarakan langsung padamu. Bersama surat ini, aku hanya ingin bilang bahwa aku mencintaimu, dulu. Mungkin sekarang masih tersisa sedikit, tapi tenang saja, aku akan membuang rasa ini jauh-jauh agar kita bisa berteman tanpa rasa apapun yang terbawa dari masa lalu.

Apa lagi ya yang perlu aku sampaikan? Rasanya sudah cukup. Semua sepertinya sudah tertulis di surat-surat untukmu sebelumnya. Maafkan aku masih sering mengalamatkan suratku untukmu. Tidak bermaksud apa-apa, hanya benar adanya kenangan tentang kamu memang sedang sering menginspirasi aku.

nb: kalau kamu membaca ini, tolong jangan ditertawakan.

Salam rindu,
Dari masa lalu.

Jumat, 13 Februari 2015

Doaku Malam Itu

Untuk Pengatur Segala Rasa.
Di suatu malam yang jauh dari rumah, aku bersimpuh di sajadah tua yang digelar di sekotak tempat khusus untuk menyembahMu. Untuk pertama kali aku panjatkan doa meminta tolong padaMu untuk menjaganya. Tentunya setelah aku mendoakan keluargaku. Waktu itu entah bagaimana ceritanya ada setitik air mata keluar pelan. Mungkin aku hanya lelah, pikirku. Aku tetap melanjutkan doaku tentangnya dan semakin banyak saja yang keluar. Apa maksudnya ini? Apa sekarang dia jadi bagian penting yang aku takut tidak bisa menjaganya sendirian tanpa bantuanMu? Apa sekarang bahagia dan sedihnya juga bagian yang selalu aku pikirkan? Maaf Tuhan, aku tidak bermaksud membuatmu cemburu. Aku tidak mau menyayanginya melebihi aku menyayangiMu dan keluargaku. Untuk itu, selain aku meminta tolong padaMu untuk menjaganya, aku minta agar rasa yang mungkin diberi kesempatan untuk tumbuh ini tidak melebihi porsinya.

Malang, Februari 2014.

Kamis, 12 Februari 2015

Hujan Sore Ini

Kepada hujan.

Aku tau seharusnya aku tidak merutukmu. Tapi maaf, benar adanya karenamu aku gagal kemana-mana. Banyak yang harusnya sudah aku selesaikan, tapi semua berantakan karenamu.

Hujan, maaf sekali lagi aku merutukmu. Karenamu sore ini kenangan tentangnya kembali datang. Memenuhi otak yang sedang kosong dan diam di sudut-sudut pikiran. Menetap. Enggan diusir pergi. Tiba-tiba aku teringat, terakhir kali mengelus kepalanya hingga dia terlelap. Terakhir kali menatapnya saat dia sedang berkelana di alam mimpi, mendatangi bahagia barunya. Demi apapun aku rela menunggui dia bangun kala itu. Hanya untuk memberi senyum yang akan pertama dia lihat ketika dia kembali ke dunia nyata. Tapi ternyata lagi-lagi aku ditampar kenyataan bahwa bukan lagi senyumku yang dia ingin lihat pertama saat dia membuka mata. Bukan lagi.

Hujan, maafkan aku. Maafkan aku karena kamu harus membaca keluh kesahku tentangmu dan tentang dia sore ini.

Rabu, 11 Februari 2015

Cintai Aku dengan Sebentar

Mulai memasuki minggu kedua 30 Hari Menulis Surat Cinta. Ini yang ke sekian, untuk kamu. Kali ini tidak perlu panjang-panjang.

Sudah tiba di titik jenuhku dalam menulis dan aku merasa butuh kamu atau setidaknya kenangan tentang kamu untuk aku nikmati sendiri momen-momen yang tidak akan terulang itu.

Aku teringat akan kutipan dari bang Zarry Hendrik.
"Cintailah aku dengan sebentar. Ku akan puisikanmu puluhan lembar. Cintailah aku sehari saja. Ku akan mengenangmu di setiap senja."

Kamu, cintai aku dengan sebentar dan puluhan tulisan tentangmu tercipta.
Kamu, cintai aku dengan sebentar dan memberi nyawa hampir di semua tulisanku.
Kamu, cintai aku dengan sebentar dan tidak ada habisnya kenangan tentang kita.
Kamu, cintai aku dengan sebentar lalu pergi tinggalkan luka.

Selasa, 10 Februari 2015

Putih Kecilku

Kalian memang belum lama ada di kehidupanku. Belum ada satu semester aku merawat kalian. Tetapi, rasa sayang ini sudah ada begitu banyaknya untuk kalian.

Pertama memiliki kalian, hanya ada 2. Menunggu dan terus menunggu, jumlah kalian bertambah 4. Bahkan aku sampai menambahkan rumah baru untuk anak-anak kalian. Mereka sangat menggemaskan. Aku sangat bahagia memiliki mereka. Sampai pada akhirnya, kalian bertambah 6 lagi. Dengan sangat terpaksa aku harus mencari orang lain yang bisa merawat mereka.

Anak-anak kalian yang baru.... Entahlah. Aku tidak tau apa yang terjadi dengan mereka. Satu persatu mereka berkurang, mati. Sampai sekarang tersisa 2.

Sedih rasanya melihat jumlah anak-anak kalian berkurang setiap minggunya. Di tengah kesedihan itu, kalian bertambah 7 lagi. Ada kebahagiaan baru lagi.

7 anak-anak kalian itu sekarang sudah mulai bertambah besar. Mereka sudah bertambah lincah, sama seperti kalian. Baru mau aku ajarkan supaya anak-anak kalian mandiri, tetapi ternyata mereka masih menyusui.

Di tengah kebahagiaan karena memiliki kalian sebanyak ini, semalam aku melihat salah satu dari kalian terluka. Hati ini ikut terluka. Tengah malam aku rela pergi ke supermarket, membeli obat merah. Pelan-pelan aku coba obati kaki yang terluka.

Segininya aku mencintai kalian. Semoga kamu kuat bertahan hidup tanpa 1 kaki demi anak-anak kalian yang masih menyusui. Aku akan lebih menjaga kalian. Aku tidak mau kehilangan satu per satu dari kalian lagi.

Salam sayang dari aku untuk kalian, hamster-hamster aku.

Senin, 09 Februari 2015

Permohonan Maaf yang Terlambat

Hai (lagi-lagi) kamu.

Tepat di tanggal ini setahun yang lalu kamu baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Segininya aku memperhatikanmu sampai aku masih ingat juga apa yang kamu janjikan beberapa hari sebelumnya.

Setiap malam, seminggu terakhir menjelang pertandingan, kamu selalu mengeluh. Kamu mulai lelah dan mulai gelisah. Dan entah bagaimana awalnya, setiap malam sebagai temanmu aku bersedia mendengarkan, memberi dukungan, dan mengembalikan semangatmu lagi. Aku masih ingat bagaimana kerasnya kamu latihan, menjaga pola makan, dan menghindari segala yang enak tapi dilarang menjelang pertandingan.

Kamu tidak minta dijanjikan ini itu kalau nantinya kamu memenangkan pertandingan. Kamu hanya meminta dukungan dan doa, tidak kurang dan tidak lebih. Kamu meminta aku untuk tidak menonton pertandinganmu. Kamu hanya memperbolehkan aku datang di final. Tiga kali. Aku masih ingat aku memintamu untuk bermain tiga kali. Dan kamu berhasil melakukannya. Bermain tiga kali dan menang.

Ini yang kamu tidak pernah tau, walau di final aku tidak datang, setiap sujudku aku menyebut namamu. Dan ini juga yang tidak pernah kamu tau, aku menyesal tidak datang siang itu. Walau kamu tidak mengatakannya, aku tau kamu kecewa. Malam itu, setelah kemenanganmu, kamu menepati janjimu, mengajakku makan siomay, sederhana sekali.

Aku sangat menyesal tidak datang siang itu. Karena sekarang, kamu tidak lagi mau mengikuti pertandingan. Siang itu seperti kesempatan pertama dan terakhir aku bisa melihatmu dalam sebuah pertandingan. Kesempatan yang aku sia-siakan. Bahkan rasa bersalah karena tidak menepati janjiku untuk datang siang itu masih selalu terbayang sampai sekarang walau kamu sudah melupakan bahwa kamu pernah memintaku untuk berada di dekatmu.

Ini yang mau aku sampaikan lewat surat ini. Maafkan aku yang tidak menepati janjiku seperti kamu menepati janjimu. Maaf aku menyakiti hatimu seawal itu.

Minggu, 08 Februari 2015

Lebih Dekat

Hai, ini suratku untuk kamu yang tidak melulu tentang yang lalu.

Aku tidak yakin apakah kamu ada waktu untuk membacanya. Aku tau kamu sangat sibuk. Aku juga tidak berharap kamu akan membacanya. Karena menulis tidak melulu tentang dibaca. Kadang diabaikan adalah cara terbaik agar tulisan ini tetap pada tempatnya.

Aku terlalu berani menulis surat ini ketika aku masih dalam perjalananku menemukan nyaman yang baru. Sekilas aku menengok ke rumahmu. Terlihat damai dan mengundang untuk disinggahi. Aku ingin singgah. Sebentar saja. Itupun kalau diperbolehkan.

Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Tapi aku bingung bagaimana memulainya.

Tapi aku juga sedang hancur. Berjalan tidak tentu arah sambil memperbaiki hati. Aku butuh disayangi selagi aku memperbaiki hati. Apa kamu bersedia menerima aku yang sedang belajar berdamai dengan masa lalu?

Sabtu, 07 Februari 2015

Nostalgia Putih Abu

Untuk kawan-kawan dari masa putih abu.

Sore ini mendung menghiasi kota. Sejuk sekali rasanya setelah beberapa siang terik luar biasa. Ini sore yang biasa, seperti sore sore yang lain. Tapi ada rasa tidak biasa, bahagia yang sederhana sesederhana berkumpul dengan kawan-kawan lama.

Diramaikan gitar akustik dan kartu remi, sore ini bergerak santai. Betapa aku merindukan suasana seperti ini.

Semenjak kelulusan, berkumpul dengan kalian tidak semudah sebelumnya. Yang biasanya hanya tinggal berkumpul setiap istirahat, sekarang mau kumpul harus nyatuin jadwal kosong.

Mumpung masih liburan ya puas-puasin kumpul bareng kalian. Sebelum susah lagi buat kumpul waktu udah pada sibuk kuliah lagi.

Lalu,  kapan kita kemana? :)

Jumat, 06 Februari 2015

Sesederhana Menjadi Pendengarmu

Kembali lagi, ini surat ke sekian untukmu.

Bahagiaku kadang sesederhana melihatmu terlelap di hadapanku seusai kamu bercerita tentang masalah-masalah apa yang sedang kamu hadapi.

Maafkan aku. Aku sering cuma bisa menjadi pendengarmu, menjadi teman bicaramu. Sering aku tidak bisa membantu banyak. Aku berharap adanya aku untuk mendengarkanmu sudah cukup mengurangi beban pikiranmu.

Apa aku sudah pernah menyampaikannya padamu? Melihat mata coklat terangmu itu dikepung kesedihan aku tidak sanggup. Karenanya aku akan resah dan susah payah mencari cara agar mendung di matamu itu menghilang, lalu kembali digantikan dengan cerah kebahagiaan.

Kamu bisa kapan saja menceritakan apa saja padaku, tanpa melihat apa yang pernah terjadi di masa lalu antara kita berdua. Berawal dari teman, kita akan kembali berteman.

Aku sudah mulai bisa berdamai dengan kenangan.

Kamis, 05 Februari 2015

Surat Pertamaku Untukmu

Kepada kamu, seseorang yang aku kenal belum lama.

Sudah masuk hari ketujuh dan membuat surat untukmu masih hanya ada di angan-angan. Aku terlalu takut untuk memulai lebih dulu. Bahkan untuk menulis surat yang mungkin tidak akan kamu baca ini saja aku belum berani. Iya, aku sepengecut itu.

Aku bingung mau mengatakan apa dalam suratku untukmu. Menanyakan kabarmu? Ah terlalu basa-basi kurasa. Bercerita tentang keseharianku? Ah untuk apa. Kita bahkan belum pernah saling bertukar cerita tentang keseharian masing-masing.

Karena kebingungan itulah surat untukmu tidak pernah selesai.

Tetapi, di akhir surat ini aku baru sadar. Inilah surat pertamaku untukmu.

Dari seseorang yang diam-diam memperhatikanmu.

Rabu, 04 Februari 2015

Pasangan di Meja Sebelah

Kepada pasangan di meja sebelah.

Hai. Kita tidak saling mengenal. Bahkan kita baru berjumpa siang ini di sebuah warung makan. Kita sempat mengobrol basa-basi menanyakan minuman apa yang enak untuk siang ini.

Maafkan... Sambil makan tadi aku memperhatikan kalian diam-diam. Dan diam-diam juga aku langsung mengagumi kalian. Kalian pasangan yang tidak lagi muda, tapi masih terlihat mata kalian penuh cinta. Apa resepnya untuk hubungan tahan lama seperti kalian?

Kalian pasti sudah melewati banyak pertengkaran, beberapa kali fase bosan, tetapi tetap bersedia kembali jatuh cinta satu sama lain. Kalian terlihat saling menjaga, saling menyayangi, saling mencintai. Kalian membuat aku kembali percaya bahwa ada cinta yang bertahan lama. Bahkan sampai sudah muncul kerutan di wajah masing-masing, rambut sudah tidak lagi hitam, tapi kalian masih mencintai dengan apa adanya.

Coba saja kita punya waktu lebih banyak dan bisa mengobrol panjang. Aku ingin mendengar bagaimana kisah tentang cinta kalian sambil mengobati hati agar siap jatuh cinta lagi.

Semoga hubungan kalian selalu baik-baik saja. Semoga selalu banyak diberikan kebahagiaan.

Tertanda,
remaja di meja sebelah kalian.

Selasa, 03 Februari 2015

Ke Sekian tentang Patah Hati

Hei, hati aku.
                                               
Apa kabar kamu? Sepertinya semakin membaik dari hari ke hari. Aku tau seberat apa kamu berusaha mengobati sakitmu beberapa bulan terakhir ini.

Jangan lagi ditangisi, perihal sakit hati ini akan semakin menguatkanmu. Jangan lagi disesali, memang biasa dalam perjalanan cinta, apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Nikmati saja dulu sakitnya, sampai sembuh dengan sendirinya. Lalu perpindahan akan jadi semudah saat jatuh cinta.

Banyak kenangan, baik juga buruk. Jaga saja yang baik, yang menyenangkan, yang membahagiakan. Lupakan perlahan yang menyakitkan, yang menyedihkan. Semoga dengan begitu bisa membantu persiapan berpindahmu.

Memang tidak ada yang bisa menjanjikan masa depan. Tapi, kamu perlu percaya akan ada suatu saat nanti yang tidak akan membiarkanmu hancur seperti ini lagi saat mencintainya.

Terimakasih telah mau mencoba untuk kembali jatuh cinta dan mencintai walau akhirnya tidak membahagiakan. Tidak masalah, semua ini pelajaran yang indah.

Senin, 02 Februari 2015

Untuk Sahabatku

Aku pernah berpikir bahwa jatuh cinta padanya adalah sebuah kesalahan. Kesalahan yang membuat hatiku hancur ketika semua keadaan berubah tidak semestinya. Hati aku terus dan semakin hancur seiring aku merutuk diri sendiri tiada ampun. Kamu benar, aku hanya perlu berdamai dengan diri sendiri lalu berdamai dengan masa lalu. Iya aku sekarang mengerti, memang harus begitu untuk menata hati kembali tanpanya.

Kamu pasti mulai bosan, mendengar segala ocehan tentangnya. Kamu pernah mengatakan "cukup, jangan lagi tentangnya". Kali ini kamu benar lagi, aku memang harus berhenti membicarakannya. Biarlah kenangan berdiam di memori. Karena akan ada luka yang tidak kunjung sembuh jika terus tentangnya.

Sekali lagi kamu benar, aku memang harus secepatnya mencari tempat pulang yang baru. Agar bukan lagi-lagi kepadanya aku kembali.

Untuk kamu, sahabat yang tidak bosannya mendengarkan aku.
Terimakasih, kamu banyak benarnya.
Dan maaf, aku sering tidak mendengarkanmu.

Kali ini aku akan berkemas. Tolong bantu aku.

Minggu, 01 Februari 2015

Sudah Saatnya, Sayang

Untuk perempuan yang ada di pelukan.

Mari berkemas. Mengemas yang perlu, meninggalkan yang tersisa. Sudah waktunya kembali melakukan perjalanan untuk mencari rumah baru, nyaman yang baru. Setelah ditelanjangi kenyataan, jangan mau tergeletak rapuh di rumah orang lain yang kamu hanya menumpang tinggal.

Masa depan memang tidak pernah menjanjikan apakah nyaman yang baru nanti lebih baik atau tidak, tapi pasti akan lebih nyaman. Daripada hanya berdiam di rumah yang mulai dilupakan pemilik sebelumnya. Meski banyak kenangan yang pasti masih mau kamu jaga keberadaannya, tinggalkan saja. Kenangan tempatnya hanya di memori, jangan jadikan tembok penghalangmu untuk berpindah.

Masa depan juga tidak memberi petuntuk sedikit pun tentang kapan akhirnya kamu bisa menemukan rumah baru. Tenang saja, kamu bisa singgah di mana saja saat kamu mulai lelah. Istirahat sebentar lalu kembali melakukan perjalanan.

Ketika kamu mulai lelah dan merasa ingin menyerah, coba tengok ke atas. Karena terselip namamu diantara orang-orang yg kamu berbuat baik kepada mereka. Atau pejamkan matamu dan rasakan, doa dan kasih dari orang-orang yang menyayangimu dan merindukan kebahagiaanmu.

Aku pun di sini terus mendoakanmu, penuh harap secepatnya kamu temukan bahagia baru yang akan menjagamu lebih baik dari dia.

Tertanda,
Seseorang yang mendoakanmu dalam diam.

Sabtu, 31 Januari 2015

Tolong Dijaga dengan Baik

Surat kedua ini, masih tentang kamu.
Dan mungkin beberapa surat lagi akan masih tentang kamu. Semoga kamu tidak terganggu, juga tidak pernah meminta aku berhenti menulis tentangmu. Bahkan kamu tidak pernah mau menyempatkan untuk membacanya, untuk apa memintaku berhenti menulis.

Kali ini tentang kekhawatiranku. Setiap aku mulai merapikan kenangan yang tersisa dan mulai mencoba berpindah, aku selalu kembali memikirkanmu.

Bagaimana kamu ketika tidak ada yang memperhatikan?
Bagaimana kamu ketika tidak ada yang mengingatkan tentang hal kecil yang sering kamu lupakan?
Bagaimana ketika nanti kamu sakit?
Bagaimana ketika kamu nanti butuh teman cerita?

Aku tau kamu bisa melakukan semuanya sendiri, tapi kadang kamu butuh bantuan dan dengan gengsinya tetap melakukan semua hal sendirian. Aku terus kepikiran hal-hal tadi sampai bahagia barumu datang. Sekarang aku lebih tenang untuk kembali mencoba secepatnya berpindah. Sudah ada dia yang akan menjagamu lebih baik daripada aku, juga dia yang akan membawamu menjadi pribadi yang lebih baik.

Hei tampan, aku mohon untuk yang satu ini tolong dijaga dengan baik. Jangan sia-siakan dia yang merelakan hatinya untuk mencintai kamu. Ini pengakuan, perihal mencintai kamu itu tidak pernah sesederhana jatuh cinta padamu di awalnya. Karena jatuh cinta adalah kejadian, sedangkan mencintai adalah keputusan.

-AP

Jumat, 30 Januari 2015

Masih Favorit Aku

Untuk kamu,

Membuat surat untukmu tidak pernah mudah. Karena sudah lebih terbiasa bercerita langsung tentang apa saja yang dirasa, aku pikir dulu aku tidak perlu menulis surat untukmu. Tapi lama kelamaan ada yang tidak bisa disampaikan langsung. Untuk itu, sekarang aku coba menulis surat ini. Surat yang tidak seberapa dariku ini.

Hai.
Sesederhana kata itu yang ingin aku ucapkan kepadamu di hari ini. Sayang sekarang cukup sulit hanya untuk mengatakannya karena ada rindu dibalik kesederhanaannya. Sekian lama mengenalku, kamu pasti mengerti bagaimana aku selalu merindumu. Dan sekian lama aku mengenalmu, aku pun mengerti bagaimana aku harus bersikap saat ini. Karena sekarang ada bahagia lain yang harus dijaga. Bahagia baru yang bukan aku. Cukup sulit awalnya karena selalu ada bekas luka di setiap perpindahan, tapi rumah baru bisa saja menjanjikan lebih banyak kebahagiaan daripada bertahan di rumah lama yang hanya tertinggal aku dan segala kenangan yang ada.

Hai pemilik mata coklat terang yang masih menjadi favorit aku, jaga bahagia barumu seperti kamu mencoba menjaga bahagiamu sendiri. Selamat berpindah ke tempat pulang yang baru. Masalah aku dan perasaanku, biar aku sendiri yang memperbaikinya. Munafik sekali mengatakan hal semacam ini, tapi memang bukan masalah siapa bahagiamu asal bahagia lah yang menghiasi mata coklat terang mu itu. Mata coklat terang favorit aku.

Rabu, 14 Januari 2015

Di Suatu Hujan

Hujan pernah menahanmu di sini. Hujan pernah memberikanku lebih banyak waktu untuk bersamamu. Hujan pernah membuat percakapan kita terus berlanjut hingga hujan reda dan kita sadar sudah saatnya kita berpisah.

Tapi hujan juga pernah membatalkan sebuah pertemuan. Hujan pernah tidak memberikanku kesempatan untuk bertemu denganmu, untuk menuntaskan rinduku. Tidak sering, tapi pernah, beberapa kali.

Aku suka hujan walau aku tidak suka basah karenanya. Aku suka hujan karena hujan pernah menyadarkanku, nyamanku itu kamu. Hujan juga pernah membuatku mengerti, kenapa aku cukup tenang hanya dengan berlama-lama melihat senyummu.

Hingga pada suatu hujan, aku harus pergi dan mengabaikan semua rasa yang masih dirasa.

Kamis, 08 Januari 2015

Abaikan Ini

Ada bayangan lain yang tergambar di mata coklat terang yang selalu aku rindukan itu. Bukan lagi aku, tapi bahagia yang lain. Untukku semua sama saja. Aku atau yang lain tidak jadi masalah selama bahagia yang terpancar dari mata coklat itu.

Keadaan berubah, rasa dipaksa berubah. Ada hati yang harus dijaga. Ada rasa yang harus diabaikan.